Kegagalan adalah salah satu proses yang harus Anda lalui untuk menuju kesuksesan hidup

Rabu, 22 Februari 2012

Agar Sehat Wal Afiat


Tinggalkan Sejenak Televisi dan Koran

Saya pernah mengalami kelelahan dalam menjalani hidup. Akibatnya, saya mudah emosi, mudah marah, cepat capek dan mudah mengantuk. Untuk mengetahui penyebabnya saya melakukan general check up di rumah sakit. Hasilnya?  Saya sehat wal afiat.
Saya heran, dokter yang memeriksa saya juga heran. Menurut hasil general check up saya sehat walafiat tetapi kok mudah lelah dan mudah mengantuk. Akhirnya saya dan dokter melakukan pendalaman kebiasaan hidup yang saya jalani. Dari hasil diskusi disimpulkan bahwa saya harus menghilangkan beberapa kebiasaan yang selama ini saya jalani.
Kebiasaan apa saja itu? Menonton berita pagi di televisi, membaca koran pagi dan siang hari, serta menonton debat di televisi di malam hari. Awalnya saya mengalami kesulitan karena itu adalah kebiasaan yang sudah mendarah daging. Tetapi demi sebuah komitmen dengan dokter saya mulai meninggalkannya.
Setelah dua pekan berjalan, tidak menonton televisi dan tidak membaca koran, ternyata saya mulai merasakan adanya kedamaian dan ketenangan. Persis seperti ucapan Robert J Sawyer, penulis fiksi ilmiah asal Kanada, belajar mengabaikan banyak hal adalah salah satu jalan terbaik menuju kedamaian batin.
Waktu menonton dan membaca saya ganti dengan bermain dan berbincang dengan istri dan anak saya. Kadang-kadang saya bermain bola, bermain kartu, bermain petak umpet atau menemani mereka belajar. Dengan mengubah kebiasaan kecil ini saya merasakan kebahagian  menjalar kuat dalam aliran darah kehidupan saya.
Apakah berarti kita tidak boleh menonton dan membaca koran? Tentu boleh, namun agar Anda mampu dengan tenang memilih tontonan dan bacaan yang penting dan berpengaruh dalam hidup Anda, coba tinggalkan televisi dan koran selama dua pekan saja. Setelah ketenangan itu muncul, Anda akan mulai bisa memilih dan memilah mana tontonan dan bacaan yang berkualitas dan mana yang hanya menguras energi.
Pastikan Anda menonton dan membaca sesuatu yang membuat Anda bertumbuh, bukan hanya memuaskan keingintahuan Anda terhadap informasi. Acara “Wisata Hati” ustadz Yusuf Mansur di ANTV dan “Kick Andy” di MetroTV sangat saya rekomendasikan untuk ditonton. Jangan lupa, sekali-kali bolehlah menonton kehebatan Manchester United dan Bercelona mengalahkan lawan-lawannya ya, hehehe…
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter : @adityafirdaus1

Selasa, 21 Februari 2012


Malas

Kita perlu mendefinisikan malas. Menurut saya, melakukan lebih sedikit aktivitas yang tidak penting agar bisa fokus pada hal-hal penting itu tidak termasuk malas.
Jadi, apa itu malas? Malas adalah orang yang bekerja di bidang yang tidak disukai tanpa pernah sungguh-sungguh berusaha untuk melakukan pekerjaan yang dicintai. Dia pergi berkerja tetapi hatinya tersiksa. Dia melakukan pekerjaannya dengan terpaksa.
Mengapa orang ini saya sebut malas? Karena, dia tidak mau menemukan dan melakukan dengan sungguh-sungguh apa yang bisa membuat hidupnya bahagia. Dia malas mencari tahu apa kelebihan dirinya. Dia malas melakukan sesuatu yang bisa membuat hidupnya nikmat. Dia lebih senang hidupnya dikendalikan oleh lingkungannya. Mereka itulah sesungguhnya pemalas sejati.
Saat di kantor orang semacam ini tampak sibuk tetapi hasilnya minimalis. Ia mungkin menelpon banyak calon pembeli tetapi tidak sesuai dengan target market. Ia tampak sibuk berjalan hilir mudik meminta dan mencari dokumen yang tidak terlalu penting bagi pekerjaannya. Kerjanya ngos-ngosan tetapi hasilnya pas-pasan. Itulah pemalas…
“Tega benar mas, saya sudah bekerja keras koq masih disebut pemalas!”  Ya, sebab malas bukan hanya masalah pekerjaan. Anda enggan dan tidak punya waktu menemani anak belajar itu juga pemalas. Anda tak punya waktu beribadah malam hari karena terlalu lelah itu juga pemalas. Anda tidak punya waktu berkunjung ke rumah saudara saat ia sakit itu juga pemalas.
Jadi orang yang sedikit bekerja belum tentu ia orang malas. Boleh jadi karena dia menyadari bahwa yang ia lakukan haruslah hal-hal yang penting dan membuatnya enjoy.
Dalam era sekarang, yang diperlukan bukanlah banyaknya waktu yang kita habiskan saat bekerja. Tetapi seberapa besar yang bisa Anda hasilkan dari waktu yang sudah Anda curahkan.
Fokuslah pada produktivitas daripada sekadar menyibukkan diri. Jangan malas menemukan apa kekuatan Anda. Jangan malas mencari pekerjaan yang sesuai passion Anda. Jangan malas berinteraksi dengan orang-orang produktif dan satu visi dengan Anda, terutama orang-orang yang Anda cintai. Jangan malas meninggalkan pekerjaan yang tidak penting buat Anda.
Hidup bukan hanya urusan pekerjaan tetapi juga ada urusan sosial, kemasyarakatan spiritual dan lainnya. Janganlah kita menghabiskan banyak waktu untuk satu urusan tetapi malas untuk urusan yang lain.
Salam SuksesMulia!

Senin, 20 Februari 2012


Belajar dari Peserta Trainer Bootcamp

Hidup harus bertumbuh. Salah satu cara untuk mempercepat Anda bertumbuh adalah berkumpul dengan orang-orang positif. Saat berkumpul dan berinteraksi, Anda akan belajar dan banyak memperoleh inspirasi dari mereka. Ketika berkumpul, semua orang berperan sebagai guru sekaligus sebagai murid.
Jumat-Minggu, 17-19 Februari saya mengadakan Trainer Bootcamp & Contest di Bogor. Dari acara ini saya mendapat banyak pelajaran dari peserta yang beragam. Selain berprofesi sebagai trainer mereka tetap melaksanakan aktivitas lain sebagai dokter, profesional, dosen, wartawan, kepala sekolah, therapis dan pebisnis.
Walau saya sebagai trainer utama dalam acara itu tetapi saya juga banyak belajar dari sebagian besar peserta yang ikut. Ilmu dan inspirasi mereka menambah khasanah kehidupan saya. Semangat untuk terus menginspirasi Indonesia juga semakin menggelora setelah saya banyak berinteraksi dengan mereka selama tiga hari di Bogor.
Selain itu, saya juga mencatat beberapa pelajaran penting untuk saya sampaikan kepada Anda, pengunjung setia www.JamilAzzaini.com. Berikut beberapa dari catatan saya tersebut.
Gunakan kekuatan dan pengalaman hidupmu agar mampu bersaing dengan orang-orang di sekitarmu. Shan Wiyono seorang Motivator Remaja yang sekarang menetap di China saat presentasi menggunakan kelebihan yang dimilikinya.  Aikido dan sulap ia jadikan bumbu saat presentasi sehingga lebih menarik dan hidup. Maka tidak salah bila peserta mendaulatnya menjadi peserta terfavorit dalam acara itu.
Keluarlah dari lingkunganmu, milikilah keberanian untuk merantau dan pergi dari lingkungan yang tidak mendukung terwujudnya impianmu. Mahbub Sudrajat alias Bob Kayaraya, berubah dari seorang yang pendiam dan pemalu menjadi seorang yang percaya diri dan positif serta proaktif setelah ia meninggalkan Madiun untuk kuliah di Universitas Lampung.  Bahkan kini ia menjadi Pendongkrak Percaya Diri di Kediri.
Orang yang pintar dan cerdas itu bila memiliki kemampuan untuk menjadikan internet sebagai pemasukan bukan hanya pengeluaran.  Informasi di internet hanya sekedar menjadi infomasi apabila tidak Anda optimasi. Buktikan bahwa Anda pintar dan cerdas dengan cara menghasilkan uang dari internet. Begitulah kata pak Haris, seorang trainer SEO.
Hidup itu jangan terjebak pada penilaian yang sifatnya tampak (terlihat), sesuatu yang terlihat biasanya harganya lebih murah dibandingkan sesuatu yang tidak terlihat. Kecerdasan emosi, spiritual dan nurani adalah sesuatu yang lebih mahal bila dibandingkan dengan fisik dan IQ, begitulah pesan Kang Zein, seorang Stimulator Kesadaran Jiwa.
Masih banyak pelajaran yang saya peroleh dari peserta, saat inipun saya sedang merenungi keunikan dan kelebihan para peserta Trainer Bootcamp & Contest. Ternyata, banyak kekayaan khasanah ide dan pikiran yang bisa menginspirasi Indonesia untuk menjadi lebih baik.
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter : @adityafirdaus1
Kunjungi website guru saya : http://www.jamilazzaini.com

Jumat, 17 Februari 2012


Tangkaplah Peluang

Saat perjalan dari Madinah ke Mekah beberapa waktu lalu, pembimbing umroh saya bercerita tentang seseorang yang kehausan di tengah padang pasir. Cerita itu menggugah sekali, sehingga saya ingin menceritakannya kembali kepada Anda melalui tulisan saya hari ini.
Tersebutlah seorang lelaki yang tengah melakukan perjalanan di padang pasir. Ia merasa sangat kehausan karena bekal air yang dibawanya sudah habis. Ia terus berjalan dengan harapan bertemu sumber mata air atau musafir lain.
Dalam kondisi hampir putus asa, tiba-tiba ia melihat seorang musafir lain yang berjalan menuju ke arahnya. Harapannya untuk mendapatkan air kembali muncul. Saat sudah dekat ia pun memberanikan diri meminta air kepada musafir yang baru ditemuinya itu.
Namun, sungguh malang lelaki yang kehausan itu, ternyata persediaan air yang dibawa sang musafir sangat terbatas dan hanya cukup untuk perjalanannya. Dengan sangat sopan sang musafir tadi berkata, “Dengan segala hormat, mohon maaf saya tidak bisa memberikan air ini, sebab perjalanan masih jauh dan saya sangat memerlukannya.  Tetapi saya mempunyai sesuatu untuk Anda.” Sang musafir lalu memberinya sorban berwarna putih.
Alih-alih menerimanya, dengan nada emosi ia berkata, “Yang saya butuhkan air, bukan sorban warna putih. Saya tidak memerlukan sorban putih. Silakan Anda bawa saja. Terima kasih.” Disertai perasaan jengkel, ia berlalu meninggalkan musafir yang terkejut mendengar jawabannya tadi.
Lelaki itu melanjutkan berjalan mencari air, sampai akhirnya dari kejauhan ia melihat sebuah sumber mata air. Ia berlari mendekatinya. Namun apa yang terjadi? Begitu ia hendak mengambil air di tempat tersebut seorang penjaga mata air mendatanginya dan berkata, “Bila Anda hendak mengambil air di sini ada syaratnya, Anda harus menyerahkan atau menukarnya dengan sorban berwarna putih.”
Demikianlah, ada orang sering menyepelekan dan menyia-nyiakan sesuatu yang ada di depan matanya. Padahal boleh jadi itu adalah sesuatu yang membuat hidup orang itu lebih baik dan bertumbuh di kemudian hari. Ada orang yang enggan bergabung dengan komunitas positif karena merasa membuang-buang waktu, padahal boleh jadi itu pintu menuju kesuksesan hidupnya.
Ada banyak trainer yang kemudian tumbuh melesat dan ramai order setelah mengikuti Trainer Bootcamp & Contest yang saya adakan. Bahkan akhirnya mereka terdorong menulis buku dan setelah dicetak bukunya best seller. Namun ada juga trainer yang saya undang gratis, tak berkenan hadir bahkan justru berkata, “Hah, penampilan saya diadu dan dinilai oleh trainer lain, enggak ah! Lagian yang saya butuhkan order bukan penilaian.”
Tangkaplah peluang yang ada di depan matamu, jangan sia-siakan. Siapa tahu itu jalan menuju kehidupan terbaikmu, kehidupan SuksesMulia…
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter : @adityafirdaus1
kunjungi website guru saya : www.jamilazzaini.com

Kamis, 16 Februari 2012



1. Kerjakan Saja!
Percaya bahwa apa pun dapat dikerjakan. Tetapkan sasaran. Nikmati hidup sepenuh mungkin. Jangan pernah menyerah. Buat persiapan sebaik mungkin. Percaya kepada diri sendiri. Saling bantu.

2. Bersenang-senanglah!
Bersenang-senanglah, tapi sambil kerja keras, maka uang akan datang. Jangan buang waktu, sambar peluang di depan anda. Ambil sikap positif dalam hidup. Apabila tidak menyenangkan, tinggalkan.

3. Jadilah Pemberani
Pertimbangkan risiko yang akan diambil. Percaya kepada diri sendiri. Kejar cita-cita dan sasaran anda. Jangan mudah menyesal. Beranilah. Jangan ingkar janji.

4. Tantang Diri Sendiri
Arahkan bidikan anda tinggi-tinggi. Cobalah hal-hal baru.

5. Berdiri di Atas Kaki Sendiri
Bergantung kepada diri sendiri. Kejar cita-cita, namun hiduplah dalam dunia nyata. Jalin kerja sama.

6. Nikmati Setiap Detik Anda
Cintai hidup dan nikmati sebanyak-banyaknya. Nikmati setiap saat. Lakukan perenungan. Jadikan setiap detik berharga. Jangan mudah menyesal.

7. Hargai Teman dan Keluarga
Dahulukan keluarga dan kelompok. Setialah. Hadapi masalah secara langsung. Pilih orang yang tepat dan hargai bakat.

8. Bersikap Hormat
Bersikap sopan dan hormat. Kerjakan yang benar saja. Pertahankan terus nama baik. Jujur dalam urusan apa pun.

9. Berusaha Berbuat Baik
Ubahlah dunia, walau pun hanya sedikit. Buatlah sesuatu yang berbeda demi orang lain. Jangan merugikan orang lain. Selalu percaya dapat mengerjakan sesuatu untuk menolong.



Mengelola Keuangan
by aditya firdaus (@adityafirdaus1)
Mengelola keuangan bukan hanya tentang berapa tabungan Anda. Bukan juga tentang apakah tabungan Anda cukup untuk bertahan hidup 10 tahun bila Anda tak bekerja. Mengelola keuangan itu, menurut saya, berkaitan dengan pandangan hidup seseorang.
Bagi seorang yang beriman, mengelola keuangan itu berkaitan dengan keselamatan kehidupan di dunia dan juga kehidupan di akhirat.  Uang menjadi hamba sahayanya, bukan sebaliknya ia menjadi hamba uang.
Dari para profesional dan pebisnis sukses beriman saya banyak belajar tentang bagaimana mengelola keuangan.  Mereka mengalokasikan uangnya untuk tiga keperluan: Akhirat, Masa Depan dan Masa Kini. Urutan itu menunjukkan prioritas, jangan dibalik mengelola keuangan untuk kepentingan Masa Kini, Masa Depan dan Akhirat. Ketahuilah kehidupan akhirat jauh lebih penting dari kehidupan dunia.
Setiap penghasilan yang kita peroleh gunakan untuk keperluan akhirat; keluarkanlah untuk zakat dan infak sedekah. Sahabat saya, melakukannya dengan cara memberi makan setiap hari kepada orang-orang miskin yang tinggal di sekitar rumahnya. Rata-rata ia memberi makan kepada 40 keluarga miskin setiap harinya. Ajaibnya, setelah ia rutin melakukan kebiasaan memberi makan, rezekinya semakin berlimpah dan order mengalir tiada henti.
Mungkin otak rasional Anda akan bertanya, “Bagaimana mungkin saya keluarkan uang untuk sedekah lha wong kehidupan saya saja pas-pasan.” Ini memang masalah keimanan yang tidak semuanya bisa dijelaskan dengan akal manusia. Sama halnya kita tidak bisa menjelasan mengapa sholat di Masjidil Haram pahalanya 100 ribu kali lipat, sholat di Masjid Nabawi Madinah 1.000 kali lipat dibandingkan dengan sholat di masjid termegah sekalipun di belahan dunia lain.
Kedua, alokasikan penghasilan untuk masa depan kita. Bila sudah terkumpul dengan jumlah memadai gunakan untuk modal usaha. Karena kehidupan yang paling nyaman dalam urusan finansial adalah ketika passive income kita lebih besar dari kebutuhan atau setidaknya mampu memenuhi semua kebutuhan kita. Dana untuk masa depan kita itu diinvestasikan bukan ditabung.
Ketiga, alokasikan penghasilan yang kita peroleh untuk keperluan hari ini. Hiduplah sederhana dan jangan kedepankan gengsi. Percuma kehidupan kita saat ini terlihat “wah” tetapi sebenanya rapuh secara finansial karena tak ada dana yang diinvestasikan untuk masa depan. Amatlah sia-sia bila kehidupan saat ini kita terlihat sukses tapi di akhirat tidak bisa tinggal di tempat yang terhormat.
Targetkan bahwa dalam jangka waktu tertentu keperluan sehari-hari kita akan dipenuhi dari passive income. Dan itu bisa terjadi bila kita mengelola uangnya dengan urutan untuk keperluan akhirat, masa depan dan masa kini. Tidak percaya? Coba dulu dong…
Sumber : guru saya (@jamilazzaini)
follow guru saya ya :)

Rabu, 15 Februari 2012

Kekayaan Sejati 1


Kekayaan Sejati

Anda ingin kaya raya? Pasti sebagian besar atau bahkan semua orang menginginkannya. Sebelum melanjutkan membaca tulisan ini, coba pejamkan mata Anda dan bayangkan Anda menjadi seorang yang kaya raya. Pakaian seperti apa yang Anda kenakan? Mobil apa yang Anda kendarai? Bagaimana Anda membelanjakan uang yang Anda miliki? Ayo, pejamkan mata dan bayangkan seandainya Anda seorang yang kaya raya.
Sudah Anda bayangkan? Gambaran seperti apa yang Anda peroleh?
Sebagian besar dari Anda boleh jadi akan membayangkan mengenakan pakaian bermerek dan mahal. Mobil yang dikendarai adalah mobil mewah keluaran terbaru. Anda pun bebas berpesta pora kapan saja dan di mana saja. Mungkin ada pula yang membayangkan duduk santai di rumah yang besar. Atau, traveling keliling dunia dengan kapal pesiar termegah atau pesawat pribadi tercanggih.
Apabila Anda termasuk seperti yang tersebut di atas, itu berarti pikiran Anda sudah teracuni sinetron. Cara seperti itu akan menjauhkan hidup Anda dari kekayaan sejati dan kesejahteraan. Cara hidup seperti itu bukan cara hidup orang kaya sejati.
Percayalah, apabila ada yang menjalani hidup seperti itu pasti kekayaannya akan cepat sirna. Banyak selebritis yang hidupnya terlihat super wah saat namanya menanjak tetapi di masa tuanya ia terlilit hutang yang mencekik. Kekayaan dan populitasnya hanya semu belaka. Itu bukan cara hidup orang yang bermental kaya.
Kekayaan sejati bukan diukur dari baju yang dikenakan, asesoris bermerek yang selalu melekat pada dirinya, mobil mewah keluaran terbaru yang ia punya dan ukuran-ukuran material lainnya. Kekayaan sejati diukur dari seberapa lama Anda bisa menjalankan hidup yang sama apabila Anda berhenti bekerja. Semakin lama Anda bisa menjalani hidup yang sama tanpa harus bekerja, semakin membuktikan bahwa Anda adalah kaya.
Bagaimana agar hal itu kelak terwujud? Rumusnya sederhana, tingkatkan belanja Anda untuk hal-hal yang sifatnya produktif dan menghasilkan. Cara ini akan meningkatkan passive income Anda di masa yang akan datang. Anda tidak bekerja tetapi uang tetap mengalir ke rekening Anda.
Turunkan nafsu belanja Anda untuk membeli sesuatu yang tidak perlu, hanya karena gengsi atau karena sedang ngetren. Hindari membelanjakan sesuatu untuk bermaksiat kepada Allah walau hanya satu rupiah sekalipun. Anda harus sangat pelit untuk belanja sesuatu yang tidak berguna apalagi mendatangkan dosa.
Kekayaan sejati itu terjadi apabila passive income Anda lebih besar dari pengeluaran dan belanja Anda. Kapan itu akan terjadi dalam hidup Anda? Apakah itu mungkin terjadi dalam hidup Anda? Saya berharap, Anda memiliki mental untuk menjadi orang yang memiliki kekayaan sejati. Selamat berlatih menjadi orang kaya sejati…
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter : @AdityaFirdaus1
Atau bisa juga di : @jamilazzani
Kunjungi website saya : www.jamilazzaini.com

Wajib Gagal


Wajib Gagal

By Abang Adit "Motivator"
Ada yang konsultasi kepada saya, “Pak, saya ingin menjadi entrepreneur tetapi saya tidak siap menghadapi kegagalan. Bagaimana pak?” Rupanya, banyak orang mengira kegagalan itu sebuah aib sehingga harus dihindari, padahal kegagalan adalah bagian dari proses menuju keberhasilan. Siapapun yang ingin sukses harus pernah gagal.
Merujuk pada hasil riset Lisa Amos, profesor bidang bisnis dari Tulane University, rata-rata entrepreneur membuat 3.8 kegagalan sebelum akhirnya berhasil dalam usahanya. Mereka tidak menganggap itu adalah kegagalan dan kemunduran. Mereka menyadari bahwa tiga langkah maju dan dua langkah mundur itu menghasilkan satu langkah maju.
Saatnya orang-orang yang takut dengan kegagalan mengubah persepsinya terhadap kegagalan. Ketahuilah bahwa kegagalan itu manusiawi dan tidak dapat dihindarkan. Jika Anda manusia, Anda pasti akan membuat kekeliruan-kekeliruan yang identik dengan kegagalan.
Persepsi bahwa kegagalan adalah musuh harus dibuang jauh-jauh dari pikiran dan hati Anda. Sesungguhnya dibutuhkan kegagalan untuk menciptakan kesuksesan. Bahkan para ahli menyakini bahwa, “Orang yang tidak pernah membuat kekeliruan akan dikendalikan atau diperintah oleh orang yang pernah membuat kekeliruan.” Amatilah orang-orang yang sukses tidak melihat kekeliruan dan kegagalan sebagai musuh.
Persepsi bahwa kegagalan itu memalukan juga harus Anda buang. Kegagalan bukanlah sesuatu yang permanen. Ia adalah salah satu proses atau langkah yang harus Anda lalui untuk menuju kesuksesan hidup.
Saya tidak pernah malu walaupun orang-orang tahu saya dulu pernah bangkrut dalam bisnis. Saya juga pernah tidak naik kelas saat SD. Saya juga pernah ditolak tiga kali saat “melamar” wanita untuk menjadi pendamping hidup saya. Indek Prestasi Kumulatif (IPK) saya waktu lulus S-1 dari IPB juga tidak terlalu membanggakan, pas-pasan alias dua koma alhamdulillah.
Karena kegagalan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan, maka bila Anda ingin sukses Anda wajib gagal. Mengapa? Karena jika kegagalan tidak pernah Anda alami maka Anda tidak akan pernah merasakan kesuksesan. Tugas kita melakukan yang terbaik, bila ternyata gagal atau berhasil nikmati saja. Kegagalan sama baiknya dengan kesuksesan dalam proses kehidupan yang kita jalani.
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di Twitter : @AdityaFirdaus1
Atau di : @jamilazzaini

Selasa, 07 Februari 2012

Uang Itu Ibarat Pisau

Persepsi yang salah tentang uang bisa menyesatkan. Sesat karena itu bisa menjadikan seseorang miskin, sesat karena itu bisa juga menjadikan seseorang diperbudak oleh uang. Karenanya, kita harus memiliki persepsi yang tepat tentang uang agar tidak sesat seperti itu.
Keyakinan atau persepsi yang kita miliki tentang uang akan sangat menentukan arah dan kualitas hidup kita. Orang yang menganggap uang itu sebagai sumber kejahatan maka dia tidak akan pernah kaya. Sama halnya dengan orang yang punya keyakinan bahwa uang tidak akan mampu membeli kebahagiaan maka hidupnya justru tidak akan bahagia.
Ada beberapa keyakinan dan persepsi yang keliru tentang uang. Pertama, keyakinan bahwa uang adalah akar dari segala kejahatan. Padahal, kekurangan uanglah yang bisa menjadi akar dari segala kejahatan. Penyebab nomor satu kejahatan baik itu pembunuhan, penipuan dan pencurian adalah karena kekurangan uang.
Cobalah lihat dan belajar dari orang-orang kaya yang sholeh. Mereka bisa melakukan banyak hal karena memiliki banyak uang. Mereka bisa memberangkatkan orang-orang ke Tanah Suci karena memiliki banyak uang. Sahabat saya setiap hari bisa memberi makan kepada 400 orang karena memiliki banyak uang. Ubahlah keyakinan dari uang adalah akar dari segala kejahatan menjadi uang adalah akar dari segala kebaikan.
Kedua, keyakinan negatif bahwa orang kaya itu diperbudak oleh uang. Menurut saya adalah sebaliknya, orang-orang yang kekurangan hartalah yang diperbudak oleh uang. Buktinya? Banyak diantara mereka melakukan pekerjaan yang mereka tidak sukai setiap hari hanya demi uang. Sungguh tragis, setiap hari mereka pergi bekerja untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya mereka benci!
Orang-orang kaya jarang sekali bekerja demi uang. Mereka bekerja karena gairah, semangat dan pribadinya yang visioner. Bahkan ada yang semangat bekerja karena ingin Indonesia setara dengan negara lain.
Dari segelintir orang kaya di Indonesia, ada yang bekerja dengan Visi Indonesia 2030. Setiap hari ia mengerahkan segala daya upayanya agar pada tahun 2030 perusahaan-perusahaan di Indonesia menjadi perusahaan terbaik kelas dunia.
Diantara mereka ada yang bekerja karena semangatnya bela beli produk-produk Indonesia. Ia ingin Indonesia mandiri dan memenuhi kebutuhannya dengan produk-produk dalam negeri.
Dengan seperti itu, yang terjadi kemudian adalah uanglah yang mengejar mereka. Uanglah yang bekerja untuk mereka. Uanglah yang mereka perbudak dan dijadikan alat untuk mewujudkan impiannya.
Ketiga, keyakinan negatif bahwa uang itu bisa menjauhkan dari agama. Padahal faktanya, orang-orang yang dijamin masuk surga tanpa hisab sebagian besar adalah orang kaya raya. Dengan uang Anda bisa pergi haji atau menghajikan banyak orang. Anda bisa zakat dan sedekah dalam jumlah yang berlimpah. Anda bisa melakukan banyak amal sholeh dengan uang yang Anda miliki.
Bagi saya uang tidaklah jahat. Uang itu netral. Ibarat pisau, uang itu bisa Anda gunakan untuk memotong sayuran atau bisa digunakan untuk membunuh orang. Jadi, milikilah uang sebanyak-banyaknya agar Anda memiliki kebebasan memberi manfaat kepada orang-orang di sekitar Anda.
sumber : www.jamilazzaini.com